We Are Geologist and Sastranist

Selasa, 17 Agustus 2010

Timah di Sukadana


I.     Geologi Regional
I.1. Fisiografi

Secara regional daerah Ketapang merupakan suatu peneplain yang berangsur-angsur berubah menjadi bentang alam perbukitan bergelombang hingga kasar semakin kearah timur (Gambar 1). Hal ini dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yakni :
·         Dataran aluvium (pantai) dan litoral
·         Dataran rendah bergelombang
·         Dataran tinggi pegunungan

Dataran alluvium dan litoral sebarannya terdapat menempati bagian barat wilayah Ketapang menyebar dari utara hingga selatan dan dari pantai masuk hingga 70 km kearah daratan. Daerah ini dicirikan dengan adanya sungai bermeander seperti S. Pawan yang bermuara di Teluk Sukadana, juga terdapat potongan-potongan meander dan danau oxbow.

Proses sedimentasi diperkirakan tidak serasi dengan erosi pantai, hal ini dilihat dari adanya pemotongan dataran oleh selat yang memisahkan P. Maya dengan dataran dan lebarnya mulut S. Simpang.

Daerah dataran rendah bergelombang dicirikan dengan bentang alam bergelombang terdiri dari bukit-bukit membulat dan peneplain yang tertoreh, sehingga terlihat sebagai kawasan dataran rendah dengan perbukitan rapat yang terpotong-potong. Relief daerah ini rendah, ketinggian antara 100 – 500 m, pada beberapa tempat ketinggian puncoak bukit mencapai 600 m dan 800 m.

Ciri lain dari dataran rendah bergelombang ini antara lain pola aliran sungai denritik dan beberapa sungai besar diapit oleh dataran banjir dan rawa-rawa. Proses pelapukan mempunyai ntingkatan yang sangat lanjut dan regolith yang tebal meluas dikebanyakan wilayah dataran rendah. Batuan didaerah ini jarang tersingkap, telah terurai (decomposed), sehingga sebaran batuan ditafsirkan dari keterdapatan bongkah-bongkah batuan yang tersebar dipermukaan tanah dan dianggap sebagai bongkah insitu. Endapan aluvium juga terdapat pada dataran ini yang terbatas pada wilayah dekat sungai besar saja, dimana endapan aluviumnya tipis dan sedikit-sedikit. Pada beberapa tempat batas antara dataran rendah dan dataran pantai/alluvium diperlihatkan oleh kerak lapuk dataran rendah berupa penaplain yang lebih tua memperlihatkan suatu penurunan lemah tetapi jelas menjadi datran endapan alluvium/pantai.

Dataran tinggi pegunungan tersebar diperbatasan Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu terdapat dibagian tenggara dan timurlaut. Selain itu dataran tinggi pegunungan juga terdapat dibagian baratlaut berupa inselberg-inselberg yang membatasi pantai didaerah Sukadana. Ciri dari daerah ini berupa dataran tinggi dengan ketinggian > 800 m dpl, mempunyai lereng yang terjal, relief tinggi, lembah sungai berbentuk V dan erosi kuat.
Singkapan batuan yang ditemukan didaerah ini umumnya masih segar, aliran sungai deras dan banyak memotong jeram-jeram, anak sungai pendek banyak dipenuhi oleh bongkah-bongkah batuan. Dataran tinggi ini umumnya ditempati oleh batuan granit dan batuan gunungapi.

 


















Gambar 1. Fisiografi Regional Ketapang

I.2. Tektonik dan Struktur

            Batuan Malihan Pinoh merupakan batuan termalihkan secara regional dan terdeformasikan pada masa Perm Awal hingga Trias Akhir yang berasal dari batuan sedimen lingkungan laut dangkal. Jenis batuan malihan yang banyak ditemukan menunjukkan derajat malihan yang lebar, yakni derajat malihan yang rendah hingga tinggi.

            Kemudian selama Jura hingga Kapur Akhir terjadi proses sedimentasi dilingkungan laut dangkal dekat pantai dan lingkungan paralis. Pada umur Jura Akhir terjadi gangguan adanya terobosan Granit Belaban dan Granit Sukadana, dimana pembentukan kedua granit ini berbeda.

            Pada Zaman Kapur – Paleosen terjadi 2 proses magmatis, yakni proses pembentukan Granit Laur pada Kapur Awal dan proses pembentukan Granit Sukadana dan Granit Sangiang, Batuan Gunungapi Kerabai yang co-magmatik, Basal Bunga, serta retas mafik dan felsik yang tersebar luas. Batuan Granit Sukadana menerobos Batuan Gunungapi Kerabai. Terobosan ini juga mengakibatkat terjadinya proses malihan secara termal dan menjadikan batutanduk, juga ubahan hidrotermal pada batuan Komplek Ketapang. Terobosan pada batuan sedimen mengakibatkan terjadinya ubahan hidrotermal dan menghasilkan mineralisasi kalkopirit yang mungkin seumur dengan yang terjadi pada Batuan Gunungapi Kerabai. Proses terobosan ini juga diikuti dengan proses pengangkatan yang menandai berakirnya proses sedimentasi.

            Seluruh proses magmatis tersebut mencerminkan proses transisi antara tektonik kompresi dengan proses perenggangan. Pada proses tektonik kompresi terdapat terobosan granit yang berkaitan dengan penunjaman pada Kapur Bawah, sedang pada proses perenggangan masih berlangsung proses magmatis akhir, dimana muncul Batuan Terobosan Sintang dan sumbat gunungapi selama Oligo – Miosen.

            Terjadinya terobosan Granit Sukadana Yang bersamaan dengan terjadinya proses pengangkatan, dimana batuan sedimen juga ikut terangkat sehingga pada sebagian batuan sedimen tersebut terlipat dengan kemiringan antara 300 hingga 700. Data yang terbatas serta sebaran singkapan yang kacau menjadi penyebab sulitnya melakukan orientasi struktur.

            Hasil interpretasi potret udara dan citra landsat memperlihatkan kelurusan-kelurusan yang mungkin dapat diinterpretasikan sebagai sesar-sesar besar, lajur pengoyakan, system kekar yang besar dan retas-retas. Arah kelurusan ini antara lain berarah utara – utara timurlaut, timur – timurlaut, timur dan timur tenggara – tenggara, sedangkan arah utama sesar Ketapang adalah tenggara dan timurlaut (Gambar 8). Bentuk lainnya yang ditemukan berupa bentuk membundar besar maupun kecil merupakan pusat letusan gunungapi, sedang bentuk lainnya bundar seperti kubah merupakan terobosan batuan beku yang tersingkap maupun yang tertutupi.

I.3. Stratigrafi
Lokasi eksplorasi endapan kasiterit aluvial termasuk dalam Peta Geologi Lembar Ketapang, oleh F. de Keyser & E. Rustandi,1993. Urutan stratigrafi Peta Geologi Lembar Ketapang dari tua ke muda adalah sebagai berikut  (Gambar 2) :
·         Batuan Malihan Pinoh (PzTRp), terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung anortit, kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung klinozoisit dan skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan turmalin local; sekis andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik (?) – Trias (?), berada tidak selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan termalihkan secara termal oleh Granit Sukadana.


 




















Gambar 2. Tektonik Regional Ketapang (F. de Keyser & E. Rustandi, 1993)

·         Komplek Ketapang (JKke), batuan psamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan hidrotermal : batulempung, batupasir halus sampai kasar yang lempungan sampai serisitan, arenit litik, serpih dan batusabak; jarang bagian-bagian yang dolomitan atau gampingan terlestarikan sebagai batuan kalk-silikat. Batuan ini terangkat sampai terlipat, umumnya dengan kemiringan 300 hingga tegak. Batuan ini diperkirakan berumur Jura – Kapur Akhir, berada tidak selaras diatas Batuan Malihan Pinoh, tidak selaras dibawah Batuan Gunungapi Kerabai tetapi beberapa tempat menjemari, tidak selaras dibawah Basal Bunga, serta diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiang.
·         Granit Belaban (Jub), terdiri dari monzonit dan monzodiorit kuarsa-hornblende berwarna kelabu tua, terdapat senolit yang membulat kemungkinan berasal dari batuan sedimen. Batuan ini dianggap diterobos oleh batuan Granit Sukadana tetapi tidak terlihat kontaknya, demikian juga kontak dengan batuan Komplek Ketapang juga tidak terlihat. Granit Belaban ini diperkirakan berumur Jura Akhir.
·         Granit Laur (Kll), berupa batuan monzogranit biotit-hornblende; sedikit syenogranit biotit dan granodiorit hornblende-biotit, diperkirakan berumur Kapur Awal. Granit ini tersebar luas di Ketapang dan litologinya mirip dengan Granit Sukadana.
·         Granit Sukadana (Kus), terdiri dari beberapa jenis batuan antara lain monzonit kuarsa, monzogranit, syenogranit dan granit alkali-felspar, sedikit sienit kuarsa, monzonit kuarsa dan syenogranit, langka diorite dan gabro. Beberapa batuan ini berbentuk retas dan urat aplit yang membuat terjadinya ubahan kaolinisasi, terutama pada batuan syenit kuarsa dan granit alkali-felspar. Terdapat mineral mafik berbentuk gumpalan dengan bermacam-macam kandungan mineral yang membuat dugaan batuan ini berasal dari percampuran susunan magma. Batuan ini menerobos Batuan Malihan Pinoh dan Komplek Ketapang yang menyebabkan termal malihan dan juga menerobos Granit Baleban serta menerobos dan menindih Batuan Gunungapi Kerabai. Batuan ini juga diterobos oleh Granit Sangiyang dan retas serta sil dari batuan mafik hingga felsik serta ditindih oleh Basal Bunga, dan batuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir.
·         Granit Sangiyang (Kusa), berupa batuan granit feldspar alkali-pertitik, berbutir halus dengan tekstur alotriomorfik, hanya terdapat di Bukit Sangiang, diperkirakan berumur Kapur Akhir. Batuan ini menerobos Komplek Ketapang, Granit Sukadana dan mungkin juga menerobos Batuan Gunungapi Kerabai serta ditindih oleh Basal Bunga.
·         Retas dan sil mafik dan felsik, terdiri dari batuan basal, dolerit berwarna hitam atau hijau tua, bertekstur ofitik atau subofitik dan terdapat augit yang membuktikan batuan ini bukan aliran. Selain itu terdapat andesit porfir, trakhit, trakhiandesit, diorite, monzonit dan setempat-setempat riolit, diperkirakan batuan ini berumur Kapur Akhir – Paleosin. Retas dan sil ini menerobos Granit Sukadana dan Batuan Gunungapi Kerabai.
·         Batuan Gunungapi Kerabai, umumnya berupa batuan andesit dan basal, selain itu setempat-setempat terdapat dolerit, trakhiandesit, dasit, riodasit dan riolit. Kebanyakan terdiri dari batuan piroklastik berupa abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi gunungapi dan aglomerat, terdapat terobosan pandan dan lava porfiritik, terpotong oleh urat-urat khlorit-epidot serta terdapat ubahan hidrotermal. Batuan ini tidak selaras diatas Komplek Ketapang dan Granit Laur, setempat berjemari dengan Komplek Ketapang. Selain itu batuan ini diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiang serta menindih Granit Sukadana dan ditindih oleh Basal Bunga, diperkirakan berumur Kapur Ahir – Paleosen.
·         Basal Bunga, terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu terdapat dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi gunungapi dimana pada alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus, diperkirakan berumur Kapur Akhir – Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas Komplek Ketapang, Batuan Gunungapi Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit Sangiyang.
·         Batuan Terobosan Sintang (Toms), berupa tufa riodasit kaca, bersusunan pecahan batuan gunungapi yang sangat halus seperti kaca dan terlas, belapisan seperti aliran, terbreksikan dan terdapat pecahan kuarsa, plagioklas, biotit coklat dan sedikit hornblende hijau, diperkirakan berumur Oligosen – Miosen. Hubungan dengan batuan lainnya tidak jelas oleh talus, terdapat berupa sumbat gunungapi terkikis.
·         Talus (Qs), berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter, menjemari dengan alluvium dan endapan rawa.
·         Endapan alluvium dan rawa (Qa), terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lumpur, gambut dan bongkah yang tidak terpisahkan. Batuan ini tidak selaras diatas satuan batuan lainnya yang lebih tua.

II.   Geologi Daerah KP
II.1. Geomorfologi
Dari pengamatan citra satelit, daerah KP  PT.Magnetto Primajaya, PT.Mozaki,PT.Ekaswara Gaya Perkasa dan PT.Surya Eden memperlihatkan morfologi berupa dataran. Hal tersebut terlihat dari rona dan warna citra satelit di 4 lokasi KP tersebut(gambar3).
Gambar 3. Citra Satelit Lokasi KP
            Dari gambar 3. terlihat bahwa daerah KP dilesati oleh sungai stadia tua yang memperlihatkan pola aliran yang sudah bermeander sehingga dapat diinterpretasikan bahwa pengendapan yang berlangsung di daerah KP tersebut telah berlangsung lama dan menghasilkan sedimen yang cukup tebal.
            Arah aliran sungai di daerah KP berarah NE-SW dan N-S, pola tersebut mengikuti pola struktur geologi yang berkembang di sekitar daerah KP. Hal tersebut menandakan adanya control struktur geologi dalam pembentukan morfologi yang ada saat ini.
II.2. Stratigrafi Daerah KP
            Litologi yang terdapat di daerah sekitar KP meliputi endapan alluvial, batuan gunung api Kerabai, Granit Sukadana, Intrusi Sintang, dan Kompleks Ketapang.
·         Komplek Ketapang (JKke), batuan psamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan hidrotermal : batulempung, batupasir halus sampai kasar yang lempungan sampai serisitan, arenit litik, serpih dan batusabak; jarang bagian-bagian yang dolomitan atau gampingan terlestarikan sebagai batuan kalk-silikat. Batuan ini terangkat sampai terlipat, umumnya dengan kemiringan 300 hingga tegak. Batuan ini diperkirakan berumur Jura – Kapur Akhir, berada tidak selaras diatas Batuan Malihan Pinoh, tidak selaras dibawah Batuan Gunungapi Kerabai tetapi beberapa tempat menjemari, tidak selaras dibawah Basal Bunga, serta diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiang.
·         Granit Sukadana (Kus), terdiri dari beberapa jenis batuan antara lain monzonit kuarsa, monzogranit, syenogranit dan granit alkali-felspar, sedikit sienit kuarsa, monzonit kuarsa dan syenogranit, langka diorite dan gabro. Beberapa batuan ini berbentuk retas dan urat aplit yang membuat terjadinya ubahan kaolinisasi, terutama pada batuan syenit kuarsa dan granit alkali-felspar. Terdapat mineral mafik berbentuk gumpalan dengan bermacam-macam kandungan mineral yang membuat dugaan batuan ini berasal dari percampuran susunan magma. Batuan ini menerobos Batuan Malihan Pinoh dan Komplek Ketapang yang menyebabkan termal malihan dan juga menerobos Granit Baleban serta menerobos dan menindih Batuan Gunungapi Kerabai. Batuan ini juga diterobos oleh Granit Sangiyang dan retas serta sil dari batuan mafik hingga felsik serta ditindih oleh Basal Bunga, dan batuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir.
·         Batuan Gunungapi Kerabai, umumnya berupa batuan andesit dan basal, selain itu setempat-setempat terdapat dolerit, trakhiandesit, dasit, riodasit dan riolit. Kebanyakan terdiri dari batuan piroklastik berupa abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi gunungapi dan aglomerat, terdapat terobosan pandan dan lava porfiritik, terpotong oleh urat-urat khlorit-epidot serta terdapat ubahan hidrotermal. Batuan ini tidak selaras diatas Komplek Ketapang dan Granit Laur, setempat berjemari dengan Komplek Ketapang. Selain itu batuan ini diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiang serta menindih Granit Sukadana dan ditindih oleh Basal Bunga, diperkirakan berumur Kapur Ahir – Paleosen.
·         Batuan Terobosan Sintang (Toms), berupa tufa riodasit kaca, bersusunan pecahan batuan gunungapi yang sangat halus seperti kaca dan terlas, belapisan seperti aliran, terbreksikan dan terdapat pecahan kuarsa, plagioklas, biotit coklat dan sedikit hornblende hijau, diperkirakan berumur Oligosen – Miosen. Hubungan dengan batuan lainnya tidak jelas oleh talus, terdapat berupa sumbat gunungapi terkikis.
·         Endapan alluvium dan rawa (Qa), terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lumpur, gambut dan bongkah yang tidak terpisahkan. Batuan ini tidak selaras diatas satuan batuan lainnya yang lebih tua.

III.Interpretasi
Granit Sukadana yang berada di sebelah timur daerah KP merupakan batuan yang berpotensi membawa mineral kasiterit. Proses greisens sangat dimungkinkan terjadi di daerah kontak antara granit Sukadana dan batuan di sekitarnya. Dari  Kenampakan Morfologi, Struktur geologi dan arah aliran sungai yang berkembang sangat dimungkinkan bahwa transportasi yang terjadi mengarah ke barat menuju ke daerah KP. Apabila greisens terjadi di kontak antara Granit Sukadana dan Batuan sekitarnya maka sangat dimungkinkan hasil proses greisens terendapkan di seluruh daerah sepanjang transportasi dan sedimentasi berlangsung. Hal tersebut menunjukkan bahwa di daerah KP berpotensi menjadi daerah placer endapan timah (kasiterit). Disamping itu, mineral-mineral seperti monazite dan xenotim kemungkinan juga akan dijumpai di daerah KP.